ANALISIS PUISI ANAK SULAWESI KARYA LA ODE BALAWA

September 26, 2017 Unknown 0 Comments





            Puisi karya penyair lokal Kendari, La Ode Balawa yang berjudul Anak Sulawesi  merupakan puisi yang berlatar sosial-lokal. Latar kedaerahan menjadi tema sentral puisi ini. Ketangguhan masyarakat pulau Sulawesi secara umum dideskripsikan dalam larik-larik yang sarat makna. Berikut hasil analisis puisi tersebut.

ANAK SULAWESI
Karya La Ode Balawa

Anak Sulawesi
Anak-anak pulau karang yang pantang larang
Pelaut-pelaut ulung yang tak takut maut
Sebelum nyawa menembus badai
Tulang merangkul karang

Dari timur negeri matahari terbit
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian kibarkan panji-panji siri demi harga diri
Karena malu hanya pantas dibayar nyawa
Aib harus dicuci dengan darah

Anak Sulawesi
Anak-anak laut yang tak takut maut
Pelayar-pelayar sejati yang tak takut mati
Karena badai hanyalah permainan cuaca
Di batas kesetiaan arus pada lautan

Di timur negeri pela gandong
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian kibarkan panji-panji jihad demi harga diri
Kalian rakit persatuan di puncak-puncak perpecahan
Kalian teriakkan perdamaian di tengah-tengah badai kerusuhan
Karena nyawa sudah harus dibayar nyawa
Keyakinan sudah harus disucikan dengan darah

Anak Sulawesi
Ayam jantan keemasan dari timur
Kejantananmu
Kejantanan Hasanudin Sombarigowa
Kearifanmu
Kearifan Murhum Kolaku Butuni
Kesaktianmu
Kesaktian Sawerigading penghulu lautan


Hasil Analisis

Bait pertama:
Anak Sulawesi
Anak-anak pulau karang yang pantang larang
Pelaut-pelaut ulung yang tak takut maut
Sebelum nyawa menembus badai
Tulang merangkul karang

            Larik pertama /anak sulawesi/ artinya generasi atau masyarakat muda yang berada di daerah timur Indonesia, yaitu Sulawesi. Larik kedua /anak-anak pulau karang yang pantang larang/ artinya masyarakat Sulawesi yang merupakan daerah pesisir sangat akrab dengan laut dan sebagian dari mereka merupakan pelaut. Karakter masyarakat Sulawesi yang keras menjadi ciri dari mereka. Selanjutnya ditegaskan pada larik ketiga /pelaut-pelaut ulung yang tak takut maut/ artinya masyarakat Sulawesi yang berprofesi sebagai pelaut selalu kuat menghadapi gelombang demi melangsungkan kehidupan. Larik keempat /sebelum nyawa menembus badai/ menunjukan makna yang menegaskan keberanian masyarakat sulawesi dalam mengarungi kehidupan laut. Larik kelima /tulang merangkul karang/ artinya bagaimana pun masyarakat Sulawesi tetap akan kokoh dengan kehidupannya di pesisir, sama halnya dengan karang yang meski pada akhirnya akan terkikis dan berakhir pula kehidupannya.

Bait kedua:
Dari timur negeri matahari terbit
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian kibarkan panji-panji siri demi harga diri
Karena malu hanya pantas dibayar nyawa
Aib harus dicuci dengan darah

            Larik pertama /dari timur negeri matahari terbit/ menunjuk pada arah laut di bagian timur Indonesia, perairan Banda. Larik kedua /kalian layarkan perahu lambo dan pinisi nusantara/ artinya membentangkan layar pada jenis perahu khas Sulawesi yaitu perahu Lambo dan pinisi untuk mengarungi laut nusantara. Larik ketiga /kalian kibarkan panji-panji siri demi harga diri/ artinya keberanian anak-anak Sulawesi dikorbankan demi menegakkan jati diri dan kehormatan diri. Larik keempat /karena malu hanya pantas dibayar nyawa/ artinya ketakutan tidak pantas dan tidak layak dipertahankan, nyawa merupakan taruhan dari bentuk kelemahan. Larik terakhir /aib harus dicuci dengan darah/ artinya segala bentuk kelemahan dan ketakutan harus diimpaskan dengan darah sebagai bentuk pengorbanan. Karakter kuat orang-orang Sulawesi semakin ditegaskan pada bait ini.

Bait ketiga:     
Anak Sulawesi
Anak-anak laut yang tak takut maut
Pelayar-pelayar sejati yang tak takut mati
Karena badai hanyalah permainan cuaca
Di batas kesetiaan arus pada lautan

            Larik pertama /anak sulawesi/ masih menunjukan makna yang sama dengan larik pertama bait pertama. Larik kedua /anak-anak laut yang tak takut maut/ juga masih mengusung makna yang sama bahwa masyarakat Sulawesi merupakan masyarakat pesisir yang keras dan tangguh. Larik ketiga /pelayar-pelayar sejati yang tak takut mati/ mengandung makna bahwa sudah menjadi watak masyarakat Sulawesi berani dan keras sehingga pada hakikatnya mereka patuh dan taat pada satu pekerjaan. Larik keempat /karena badai hanyalah permainan cuaca/ artinya hambatan yang ada di laut bukanlah penghalang bagi anak-anak Sulawesi. Silih berganti cuaca menjadi dinamika kehidupan di laut dan dapat dilalui. Larik kelima /di batas kesetian arus pada lautan/ artinya arus menjadi hal lazim pada laut, bagaimana pun pelaut selalu akrab dengan keadaan tersebut.



Bait keempat:
Di timur negeri pela gandong
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian kibarkan panji-panji jihad demi harga diri
Kalian rakit persatuan di puncak-puncak perpecahan
Kalian teriakkan perdamaian di tengah-tengah badai kerusuhan
Karena nyawa sudah harus dibayar nyawa
Keyakinan sudah harus disucikan dengan darah

            Larik pertama /di timur negeri pela gandong/ berarti sebuah arah yang ditunjukan di sekitaran perairan Ambon. Larik kedua /kalian layarkan perahu lambo dan pinisi nusantara/ mengusung makna yang sama pada larik di bait sebelumnya. Larik ketiga /kalian kibarkan panji-panji jihad demi harga diri/ bermakna bentuk-bentuk keteguhan dan keberanian anak-anak Sulawesi diwujudkan dalam bentuk perjuangan mereka mempertahankan citra dan kehormatan diri. Larik keempat /kalian rakit persatuan di puncak-puncak perpecahan/ artinya menyatukan perbedaan sikap dan prinsip. Larik kelima /kalian teriakan perdamaian di tengah-tengah badai kerusuhan/ artinya prinsip keras masyarakat Sulawesi tidak identik dengan perbedaan dan permusuhan, tetapi selalu ada usaha untuk mengarah pada cara-cara khas hidup dalam kekeluargaan. Larik keenam /karena nyawa sudah harus dibayar nyawa/ artinya risiko dan bahaya harus dihadapi meski taruhannya adalah nyawa. Larik ketujuh /keyakinan sudah harus disucikan dengan darah/ artinya sesuatu menjadi kita percayai bia sudah ada sesuatu yang lain untuk kita korbankan, darah menjadi kepercayaan dan dasar keberanian seseorang sehingga mendapat pengakuan.

Bait kelima:
Anak Sulawesi
Ayam jantan keemasan dari timur
Kejantananmu
Kejantanan Hasanudin Sombarigowa
Kearifanmu
Kearifan Murhum Kolaku Butuni
Kesaktianmu
Kesaktian Sawerigading penghulu lautan

            Bait kelima ini saling berhubungan secara struktur untuk larik-lariknya. Larik pertama /anak sulawesi/ masih merujuk pada makna yang sama yaitu masyarakat Sulawesi. Larik kedua /ayam jantan keemasan dari timur/ mengandung makna bahwa julukan tanah Sulawesi adalah ayam jago dari timur Indonesia. Larik ketiga dan keempat /kejantananmu/ dan /kejantanan Hasanudin Sombarigowa/ artinya keberanian masyarakat Sulawesi terlihat dari tokoh atau pahlawannya dari Sulawesi Selatan yang pemberani dan sangat terkenal. Larik kelima dan keenam /kearifanmu/ dan /kearifan murhum kolaki butuni/ artinya kesantunan masyaralat Sulawesi juga dapat dicontoh dari pola-pola kehidupan bijak, agamis dan arif seorang tokoh dari negeri kesultanan Buton, Murhum. Larik tujuh dan delapan /kesaktianmu/ dan /kesaktian Sawerigading penghulu lautan/ artinya masyarakat Sulawesi yang berprofesi banyak sebagai pelaut ditokohkan dengan sejarah Sawerigading sebagai pelaut yang tangguh dan terkenal sebagai pelaut berani dari Sulawesi. Demikian bait terakhir ini mengeksploitasi pencirian sifat dan karakter masyarakat Sulawesi yang terkenal dengan beberapa tokohnya.

            Secara keseluruhan, puisi ini berlatar sosial-lokal-historis dan sarat dengan pesan-pesan moril. Masyarakat Sulawesi digambarkan sebagai masyarakat yang tangguh, generasinya yang pemberani dan hebat, kuat di laut, arif di darat dan pemberani demi hakikat dan jati dirinya. Demikian hasil analasis puisi Anak Sulawesi karya La Ode Balawa.



You Might Also Like

0 comments: