ANALISIS PUISI ANAK SULAWESI KARYA LA ODE BALAWA
Puisi karya penyair
lokal Kendari, La Ode Balawa yang berjudul Anak
Sulawesi merupakan puisi yang
berlatar sosial-lokal. Latar kedaerahan menjadi tema sentral puisi ini.
Ketangguhan masyarakat pulau Sulawesi secara umum dideskripsikan dalam
larik-larik yang sarat makna. Berikut hasil analisis puisi tersebut.
ANAK SULAWESI
Karya La Ode Balawa
Anak
Sulawesi
Anak-anak
pulau karang yang pantang larang
Pelaut-pelaut
ulung yang tak takut maut
Sebelum
nyawa menembus badai
Tulang
merangkul karang
Dari
timur negeri matahari terbit
Kalian
layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian
kibarkan panji-panji siri demi harga diri
Karena
malu hanya pantas dibayar nyawa
Aib harus
dicuci dengan darah
Anak
Sulawesi
Anak-anak
laut yang tak takut maut
Pelayar-pelayar
sejati yang tak takut mati
Karena
badai hanyalah permainan cuaca
Di batas
kesetiaan arus pada lautan
Di timur
negeri pela gandong
Kalian
layarkan perahu Lambo dan pinisi nusantara
Kalian
kibarkan panji-panji jihad demi harga diri
Kalian
rakit persatuan di puncak-puncak perpecahan
Kalian
teriakkan perdamaian di tengah-tengah badai kerusuhan
Karena
nyawa sudah harus dibayar nyawa
Keyakinan
sudah harus disucikan dengan darah
Anak
Sulawesi
Ayam
jantan keemasan dari timur
Kejantananmu
Kejantanan
Hasanudin Sombarigowa
Kearifanmu
Kearifan
Murhum Kolaku Butuni
Kesaktianmu
Kesaktian
Sawerigading penghulu lautan
Hasil Analisis
Bait pertama:
Anak Sulawesi
Anak-anak pulau karang yang pantang larang
Pelaut-pelaut ulung yang tak takut maut
Sebelum nyawa menembus badai
Tulang merangkul karang
Larik pertama /anak sulawesi/ artinya generasi atau
masyarakat muda yang berada di daerah timur Indonesia, yaitu Sulawesi. Larik
kedua /anak-anak pulau karang yang
pantang larang/ artinya masyarakat Sulawesi yang merupakan daerah pesisir
sangat akrab dengan laut dan sebagian dari mereka merupakan pelaut. Karakter
masyarakat Sulawesi yang keras menjadi ciri dari mereka. Selanjutnya ditegaskan
pada larik ketiga /pelaut-pelaut ulung
yang tak takut maut/ artinya masyarakat Sulawesi yang berprofesi sebagai
pelaut selalu kuat menghadapi gelombang demi melangsungkan kehidupan. Larik
keempat /sebelum nyawa menembus badai/
menunjukan makna yang menegaskan keberanian masyarakat sulawesi dalam
mengarungi kehidupan laut. Larik kelima /tulang
merangkul karang/ artinya bagaimana pun masyarakat Sulawesi tetap akan
kokoh dengan kehidupannya di pesisir, sama halnya dengan karang yang meski pada
akhirnya akan terkikis dan berakhir pula kehidupannya.
Bait kedua:
Dari timur negeri matahari terbit
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi
nusantara
Kalian kibarkan panji-panji siri demi harga
diri
Karena malu hanya pantas dibayar nyawa
Aib harus dicuci dengan darah
Larik pertama /dari timur negeri matahari terbit/
menunjuk pada arah laut di bagian timur Indonesia, perairan Banda. Larik kedua /kalian layarkan perahu lambo dan pinisi
nusantara/ artinya membentangkan layar pada jenis perahu khas Sulawesi yaitu
perahu Lambo dan pinisi untuk mengarungi laut nusantara. Larik ketiga /kalian kibarkan panji-panji siri demi harga
diri/ artinya keberanian anak-anak Sulawesi dikorbankan demi menegakkan
jati diri dan kehormatan diri. Larik keempat /karena malu hanya pantas dibayar nyawa/ artinya ketakutan tidak
pantas dan tidak layak dipertahankan, nyawa merupakan taruhan dari bentuk
kelemahan. Larik terakhir /aib harus
dicuci dengan darah/ artinya segala bentuk kelemahan dan ketakutan harus
diimpaskan dengan darah sebagai bentuk pengorbanan. Karakter kuat orang-orang Sulawesi
semakin ditegaskan pada bait ini.
Bait ketiga:
Anak Sulawesi
Anak-anak laut yang tak takut maut
Pelayar-pelayar sejati yang tak takut mati
Karena badai hanyalah permainan cuaca
Di batas kesetiaan arus pada lautan
Larik pertama /anak sulawesi/ masih menunjukan makna
yang sama dengan larik pertama bait pertama. Larik kedua /anak-anak laut yang tak takut maut/ juga masih mengusung makna
yang sama bahwa masyarakat Sulawesi merupakan masyarakat pesisir yang keras dan
tangguh. Larik ketiga /pelayar-pelayar
sejati yang tak takut mati/ mengandung makna bahwa sudah menjadi watak
masyarakat Sulawesi berani dan keras sehingga pada hakikatnya mereka patuh dan
taat pada satu pekerjaan. Larik keempat /karena
badai hanyalah permainan cuaca/ artinya hambatan yang ada di laut bukanlah
penghalang bagi anak-anak Sulawesi. Silih berganti cuaca menjadi dinamika
kehidupan di laut dan dapat dilalui. Larik kelima /di batas kesetian arus pada lautan/ artinya arus menjadi hal lazim
pada laut, bagaimana pun pelaut selalu akrab dengan keadaan tersebut.
Bait keempat:
Di timur negeri pela gandong
Kalian layarkan perahu Lambo dan pinisi
nusantara
Kalian kibarkan panji-panji jihad demi
harga diri
Kalian rakit persatuan di puncak-puncak
perpecahan
Kalian teriakkan perdamaian di
tengah-tengah badai kerusuhan
Karena nyawa sudah harus dibayar nyawa
Keyakinan sudah harus disucikan dengan
darah
Larik pertama /di timur negeri pela gandong/ berarti
sebuah arah yang ditunjukan di sekitaran perairan Ambon. Larik kedua /kalian layarkan perahu lambo dan pinisi
nusantara/ mengusung makna yang sama pada larik di bait sebelumnya. Larik
ketiga /kalian kibarkan panji-panji jihad
demi harga diri/ bermakna bentuk-bentuk keteguhan dan keberanian anak-anak Sulawesi
diwujudkan dalam bentuk perjuangan mereka mempertahankan citra dan kehormatan
diri. Larik keempat /kalian rakit
persatuan di puncak-puncak perpecahan/ artinya menyatukan perbedaan sikap
dan prinsip. Larik kelima /kalian
teriakan perdamaian di tengah-tengah badai kerusuhan/ artinya prinsip keras
masyarakat Sulawesi tidak identik dengan perbedaan dan permusuhan, tetapi
selalu ada usaha untuk mengarah pada cara-cara khas hidup dalam kekeluargaan.
Larik keenam /karena nyawa sudah harus
dibayar nyawa/ artinya risiko dan bahaya harus dihadapi meski taruhannya
adalah nyawa. Larik ketujuh /keyakinan
sudah harus disucikan dengan darah/ artinya sesuatu menjadi kita percayai
bia sudah ada sesuatu yang lain untuk kita korbankan, darah menjadi kepercayaan
dan dasar keberanian seseorang sehingga mendapat pengakuan.
Bait kelima:
Anak Sulawesi
Ayam jantan keemasan dari timur
Kejantananmu
Kejantanan Hasanudin Sombarigowa
Kearifanmu
Kearifan Murhum Kolaku Butuni
Kesaktianmu
Kesaktian Sawerigading penghulu lautan
Bait kelima ini saling
berhubungan secara struktur untuk larik-lariknya. Larik pertama /anak sulawesi/ masih merujuk pada makna
yang sama yaitu masyarakat Sulawesi. Larik kedua /ayam jantan keemasan dari timur/ mengandung makna bahwa julukan
tanah Sulawesi adalah ayam jago dari timur Indonesia. Larik ketiga dan keempat /kejantananmu/ dan /kejantanan Hasanudin Sombarigowa/ artinya keberanian masyarakat Sulawesi
terlihat dari tokoh atau pahlawannya dari Sulawesi Selatan yang pemberani dan
sangat terkenal. Larik kelima dan keenam /kearifanmu/
dan /kearifan murhum kolaki butuni/
artinya kesantunan masyaralat Sulawesi juga dapat dicontoh dari pola-pola
kehidupan bijak, agamis dan arif seorang tokoh dari negeri kesultanan Buton,
Murhum. Larik tujuh dan delapan /kesaktianmu/
dan /kesaktian Sawerigading penghulu
lautan/ artinya masyarakat Sulawesi yang berprofesi banyak sebagai pelaut
ditokohkan dengan sejarah Sawerigading sebagai pelaut yang tangguh dan terkenal
sebagai pelaut berani dari Sulawesi. Demikian bait terakhir ini mengeksploitasi
pencirian sifat dan karakter masyarakat Sulawesi yang terkenal dengan beberapa
tokohnya.
Secara keseluruhan,
puisi ini berlatar sosial-lokal-historis dan sarat dengan pesan-pesan moril.
Masyarakat Sulawesi digambarkan sebagai masyarakat yang tangguh, generasinya yang
pemberani dan hebat, kuat di laut, arif di darat dan pemberani demi hakikat dan
jati dirinya. Demikian hasil analasis puisi Anak
Sulawesi karya La Ode Balawa.
0 comments: