Cakar - Kreatif Di Tengah Orang Primitif (Sebuah Opini)
Pasivitas kini
mulai tereduksi dalam banyak hal yang sudah mulai kita tunjukan sebagai bagian
dari pola pengembangan diri. Tapi apa jadinya bila sesuatu yang kita nilai
secara pribadi sudah berjalan sebagaimana mestinya, harus berbalik arah hanya
kita salah tempat dan menempatkan orang yang tepat.
Pengalaman hidup
yang tentu memberikan nyawa pada tulisan sederhana ini. Orang bisa saja
mengadili setiap apa yang kita lakukan. Menjastifikasikan hingga
mendikotomikannya pada hal-hal yang seharusnya tidak layak dijadikan bandingan. Kreatif, satu
dari sekian banyak hal yang orang sering mengidentikkannya dengan hasil cipta
orang-orang tertentu saja. Orang-orang idealis dan dikaruniai cara berpikir
yang baiklah penyandang gelar kreator (sebutan bagi orang yang kreatif). Tapi
pertanyaan selanjutnya adalah apakah setiap orang mampu mewakilkan dirinya pada
banyak hal? Tentu saja tidak. Memulai pada asumsi seperti ini, maka secara
tidak langsung tidak benar adanya sikap pesimistis dari orang yang merasa tidak
mumpuni dalam hal bekerja sebagai tuntutan kreativitas. Hal semacam ini tentu
sah-sah saja ada dan berada pada setiap pola pikir seseorang.
Hanya saja
kemudian kondisi semacam ini kadang begitu sulit untuk didapatkan pada saat
sekarang ini (barangkali tidak semua juga, tapi kebanyakan). Satu fenomena
kecil yang ada yakni pada sekelompok orang menggambarkan setidaknya sedikit
keadaan yang menunjukan bahwa masih ada saja orang yang tidak peka terhadap
kreatifitas yang sudah coba dibangun orang di sekelilingnya. Pada situasi dan
kondisi semacam ini, sering saya menyebutnya kawasan primitif. Bila ini dipandang pada segi kebaruannya tentu
istilah “primtif” sudah tidak ada lagi, tapi pada aspek lain rasanya lebih
tepat untuk mendiskripsikannya pula.
Setidaknya kita
memulai bagaimana susahnya bekerja tanpa ada orang lain. Merasa mereka ada pada
kelompok kita, tetapi kemudian mereka maya dengan sendirinya setelah kita
berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ada. Sikap kreatif yang coba kita
hadirkan sesungguhnya merupakan wujud dari kegeraman kita terhadap kediaman
dalam content interaksi social. Ini dapat kita jadikan pula sebagai landasan
kita membentuk orang untuk mulai antusias pada hal yang menggodok kita untuk
bermanfaat. Tapi kembali lagi semua itu pada persoalan paradigm berpikir
individunya. Rasanya percuma saja kita membangun kreatifitas bila ada saja
orang yang tidak mengahargainya dan tidak menunjukan dirinya peka terhadap apa
yang sudah kita lakukan.
Barangkali ini kritik
diri sendiri lebih tepatnya dikatakan mengingat pada hari ini mungkin kita
masuk di dalamnya. Sikap primitive patut hilang dan idbumihanguskan dari pola
piker kita saat ini. Menyesatkan diri atau menyibukkan diri pada keadaan yang
menuntut kita untuk bermanfaat dalam hidup ini haruslah kita budayakan.
Mereduksi setiap sikap kita yang menunjukan kesombongan dalam kelamahan kita.
My Journey:
0 comments: