Cakar - Kreatif Di Tengah Orang Primitif (Sebuah Opini)

September 18, 2017 Unknown 0 Comments


Pasivitas kini mulai tereduksi dalam banyak hal yang sudah mulai kita tunjukan sebagai bagian dari pola pengembangan diri. Tapi apa jadinya bila sesuatu yang kita nilai secara pribadi sudah berjalan sebagaimana mestinya, harus berbalik arah hanya kita salah tempat dan menempatkan orang yang tepat.

Pengalaman hidup yang tentu memberikan nyawa pada tulisan sederhana ini. Orang bisa saja mengadili setiap apa yang kita lakukan. Menjastifikasikan hingga mendikotomikannya pada hal-hal yang seharusnya  tidak layak dijadikan bandingan. Kreatif, satu dari sekian banyak hal yang orang sering mengidentikkannya dengan hasil cipta orang-orang tertentu saja. Orang-orang idealis dan dikaruniai cara berpikir yang baiklah penyandang gelar kreator (sebutan bagi orang yang kreatif). Tapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah setiap orang mampu mewakilkan dirinya pada banyak hal? Tentu saja tidak. Memulai pada asumsi seperti ini, maka secara tidak langsung tidak benar adanya sikap pesimistis dari orang yang merasa tidak mumpuni dalam hal bekerja sebagai tuntutan kreativitas. Hal semacam ini tentu sah-sah saja ada dan berada pada setiap pola pikir seseorang.

Hanya saja kemudian kondisi semacam ini kadang begitu sulit untuk didapatkan pada saat sekarang ini (barangkali tidak semua juga, tapi kebanyakan). Satu fenomena kecil yang ada yakni pada sekelompok orang menggambarkan setidaknya sedikit keadaan yang menunjukan bahwa masih ada saja orang yang tidak peka terhadap kreatifitas yang sudah coba dibangun orang di sekelilingnya. Pada situasi dan kondisi semacam ini, sering saya menyebutnya kawasan primitif. Bila ini dipandang pada segi kebaruannya tentu istilah “primtif” sudah tidak ada lagi, tapi pada aspek lain rasanya lebih tepat untuk mendiskripsikannya pula.

Setidaknya kita memulai bagaimana susahnya bekerja tanpa ada orang lain. Merasa mereka ada pada kelompok kita, tetapi kemudian mereka maya dengan sendirinya setelah kita berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ada. Sikap kreatif yang coba kita hadirkan sesungguhnya merupakan wujud dari kegeraman kita terhadap kediaman dalam content interaksi social. Ini dapat kita jadikan pula sebagai landasan kita membentuk orang untuk mulai antusias pada hal yang menggodok kita untuk bermanfaat. Tapi kembali lagi semua itu pada persoalan paradigm berpikir individunya. Rasanya percuma saja kita membangun kreatifitas bila ada saja orang yang tidak mengahargainya dan tidak menunjukan dirinya peka terhadap apa yang sudah kita lakukan.

Barangkali ini kritik diri sendiri lebih tepatnya dikatakan mengingat pada hari ini mungkin kita masuk di dalamnya. Sikap primitive patut hilang dan idbumihanguskan dari pola piker kita saat ini. Menyesatkan diri atau menyibukkan diri pada keadaan yang menuntut kita untuk bermanfaat dalam hidup ini haruslah kita budayakan. Mereduksi setiap sikap kita yang menunjukan kesombongan dalam kelamahan kita.

My Journey:





You Might Also Like

0 comments: